April 29, 2020

Mimpi Rumah Rusak

Mimpi Rumah Rusak
Tafsir Mimpi Ibnu Sirin

Mimpi rumahnya rusak, maka pertanda akan mendapatkan kedudukan.

Mimpi dioperasi atau dibedah, maka pertanda semua yang dikerjakan akan mendapatkan keuntungan.

Mimpi memperoleh sebuah cermin, maka pertanda akan mendapatkan jodoh yang mulia dan kayaraya.

Mimpi mendapatkan mangkok atau piring, maka pertanda akan mendapatkan tambahan rejeki.

Mimpi tembok rumah runtuh, maka pertanda apa yang dikerjakan akan mendapat kerugian besar.

Mimpi dikelilingi oleh capung, maka pertanda akan menemui musibah jika tidak berhati-hati.

Mimpi merasa bahagia, maka pertanda akan mendapatkan kesusahan.

Mimpi menjadi yatim piatu, maka pertanda akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Mimpi menjadi seorang pelayan hotel, maka pertanda akan mendapatkan pekerjaan baru yang lebih rendah dari sebelumnya.

Mimpi terserang penyakit campak, maka pertanda akan mendapatkan keberuntungan.

Mimpi naik perahu, maka pertanda akan memiliki kedudukan yang tinggi.

Mimpi berdiri di atas salju, maka pertanda rencana Anda akan menemui jaIan buntu.

Mimpi makan di restoran sendirian, maka pertanda akan mengalami kegagalan dalam mewujudkan keinginan.

Mimpi berada di barak tentara, maka pertanda akan melakukan sebuah perjalanan.

Mimpi pingsan, maka pertanda rencana Anda akan mengalami kegagalan.

Terlahir Islam Apa Harus Baca Syahadat Ulang Setelah Baligh?

Terlahir Islam Apa Harus Baca Syahadat Ulang Setelah Baligh?
Terlahir islam apa harus baca syahadat ulang setelah baligh?

Assalamu'alaikum wr.wb
Perkenalkan saya fenti umur 23 tahun yg saat ini sedang ingin menjadi muslim sejati
Langsung saja pak ustadz
Apa islam bukan keturunan?
Dan apa jika sudah terlahir islam harus bersyahadat kembali apa hukumnya ?

Saya mohon penjelasan yg sangat mendetail pak ustadz
Terimakasih pak ustadz

Wassalam'ualaikum wr.wb

JAWABAN

Pertama, Menurut ijmak (kesepakatan) ulama, seorang anak yang terlahir dari bapak dan ibu muslim, maka dia otomatis seorang muslim dan tidak perlu memperbarui keislamannya dengan cara baca syahadat ketika baligh.

Dalam kitab Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, hlm. 4/270, dijelaskan:


اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ إِذَا أَسْلَمَ الأْبُ وَلَهُ أَوْلاَدٌ صِغَارٌ ...فَإِنَّ هَؤُلاَءِ يُحْكَمُ بِإِسْلاَمِهِمْ تَبَعًا لأِبِيهِمْ .

وَذَهَبَ الْجُمْهُورُ ( الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ ) إِلَى أَنَّ الْعِبْرَةَ بِإِسْلاَمِ أَحَدِ الأَْبَوَيْنِ ، أَبًا كَانَ أَوْ أُمًّا ، فَيُحْكَمُ بِإِسْلاَمِ الصِّغَارِ بِالتَّبَعِيَّةِ ، لأِنَّ الإْسْلاَمَ يَعْلُو وَلاَ يُعْلَى عَلَيْهِ ، لأِنَّهُ دِينُ اللَّهِ الَّذِي ارْتَضَاهُ لِعِبَادِهِ ".
Artinya: Ulama sepakat bahwa apabila seorang bapak masuk Islam dan dia punya anak kecil .. maka semua anak-anaknya dihukumi Islam karena ikut pada ayah mereka. Begitu juga apabila salah satu dari kedua orangtuanya itu (ayah atau ibunya) itu muslim maka menurut jumhur (mayoritas) ulama - madzhab Hanafi, Syafi'i, Hanbali - maka anaknya dihukumi muslim karena ikut pada orangtuanya yang muslim. Karena Islam itu luhur dan karena Islam itu agama Allah yang diridhai untuk dipeluk hambaNya.

Kedua, orang tua (ayah dan ibu) berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya dengan ilmu dasar Islam. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 3/11, menjelaskan:

قال الأئمة : يجب على الآباء والأمهات تعليم أولادهم الطهارة ، والصلاة ، والشرائع بعد سبع سنين ، وضربهم علي تركها بعد عشر سنين
Artinya: Wajib bagi ayah dan ibu mengajarkan anak-anaknya tentang suci, shalat, syariah Islam setelah usia tujuh tahun. Dan memukul mereka apabila meninggalkan shalat setelah usia 10 tahun.

Pandangan Imam Nawawi di atas berdasarkan pada hadis sahih riwayat Abu Dawud Nabi bersabda:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال : قال الرسول صلى الله عليه وسلم : (مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ) رواه أبو داود ( 495 ) .
Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash ia berkata, Nabi bersabda: Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka apabila tidak shalat saat usia 10 tahun.

Baca detail: Ilmu Dasar Agama Islam

April 28, 2020

Cara Niat Puasa Ramadan dan Doa Berbuka

Cara Niat Puasa Ramadan dan Doa Berbuka
NIAT RAMADAN TANPA KATA FARDHU, APAKAH SAH?

Assalamualaikum

1.Pak ustadz, bolehkah niat puasa ramadhan dengan kalimat "aku puasa fardhu ramadhan besok/esok karena Allah" ?

2.Apakah harus ada kata fardhu ?

JAWABAN

1. Boleh. Sama seperti shalat.
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut Thalibin, hlm. 2/351, menyatakan:

لا يصح الصوم إلا بالنية ، ومحلها القلب . ولا يشترط النطق بلا خلاف . وتجب النية لكل يوم . فلو نوى صوم الشهر كله ، فهل يصح صوم اليوم الأول بهذه النية ؟ المذهب : أنه يصح ، وبه قطع ابن عبدان ، وتردد فيه الشيخ أبو محمد

ويجب تعيين النية في صوم الفرض ، سواء فيه صوم رمضان ، والنذر ، والكفارة ، وغيرها . ولنا وجه حكاه صاحب التتمة عن الحليمي : أنه يصح صوم رمضان بنية مطلقة ، وهو شاذ .

وكمال النية في رمضان : أن ينوي صوم غد عن أداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى . فأما الصوم وكونه عن رمضان ، فلا بد منهما بلا خلاف ، إلا وجه الحليمي . وأما الأداء والفرضية والإضافة إلى الله تعالى ، ففيها الخلاف المذكور في الصلاة . وأما رمضان هذه السنة ، فالمذهب : أنه لا يشترط .

Artinya: "Puasa tidak sah kecuali dengan niat. Tempat niat itu di hati. Tidak disyaratkan mengucapkan niat. Wajib niat setiap hari. Seandainya niat puasa untuk sebulan seluruhnya, apakah sah puasa hari pertama dengan niat ini? Pendapat dalam madzhab Syafi'i adalah sah. Ini dinyatakan oleh Ibni Idan. Abu Muhammad memiliki dua pendapat soal ini.

Wajib menentukan niat untuk puasa fardhu. Baik puasa Ramadan, nadzar, kafarat, dll. Kami memiliki pendapat sebagaimana dijelaskan oleh penulis kitab At-Tatimmah dari Al-Hulaimi: bahwasanya sah puasa Ramadan dengan niat mutlak. Ini pendapat yang syadz (langka).

Niat sempurna dalam Ramadan adalah: Niat puasa besok untuk ada'nya puasa Ramadan tahun ini karena Allah. Unsur "shoum/puasa" dan "Ramadan" keduanya wajib disebut dalam niat, kecuali menurut Al-Hulaimi. Sedangkan unsur "ada'an" dan "fardhu" dan "karena Allah" maka dalam soal ini ulama madzhab Syafi'i berbeda pendapat sebagaimana disebut dalam shalat. Adapun unsur "Ramadan tahun ini" maka ia tidak disyaratkan."

niat puasa Ramadhan

Kesimpulan: yang wajib dalam niat puasa Ramadan yang disepakati madzhab Syafi'i ada dua unsur yaitu: kata 'puasa' dan kata 'Ramadan'. Jadi, niat berikut sudah sah: "niat puasa Ramadan".
Adapun niat yang sempurna adalah: "Saya niat puasa fardhu Ramadan besok ada'an karena Allah" (kata ada'an sebagai kebalikan dari qadha'an).

Baca juga: Cara Niat dalam shalat wudhu, dan junub


2. Tidak perlu ada kata fardhu. Baca detail: Puasa Ramadan

DOA SETELAH BERBUKA PUASA

Doa berbuka puasa

TANYA JAWAB

Tanya: Benarkah niat puasa Ramadan yang sempurna seperti di atas tidak ada dalam madzhab Syafi'i?

Jawab: Tidak benar. Lafaz niat seperti di atas disebutkan dalam kitab-kitab madzhab Syafi'i. Seperti disebutkan oleh Al-Malibari dalam kitab Fathul Muin, hlm. 88, sebagai berikut:

وأكملها أي النية: نويت صوم غد عن أداء فرض رمضان بالجر لإضافته لما بعده هذه السنة لله تعالى لصحة النية حينئذ اتفاقا

Artinya: Niat puasa paling sempurna adalah نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى


Fatwa Al Azhar: Shalat di Rumah dan Shalat Zhuhur Pengganti Jumat

Fatwa Al Azhar: Shalat di Rumah dan Shalat Zhuhur Pengganti Jumat
Pada hari Minggu 15 Maret 2020 Dewan Ulama Al-Azhar melakukan sidang terkait Pandemi Corona atau Covid-19 dan cara menyikapinya.

Hasilnya:

- Umat Islam yang berkewajiban shalat Jumat boleh tidak melaksanakan shalat Jumat dan menggantinya dengan shalat Zhuhur di rumah.

- Shalat berjamaah cukup dilakukan di rumah bersama keluarga sendiri.

- Wajib bagi yang sakit dan usia lanjut untuk tinggal di rumah dan wajib mengikuti panduan yang telah ditetapkan pemerintah masing-masing.

بيان للناس

جواز إيقاف صلوات الجُمع والجماعات حمايةً للناس من فيروس #كورونا

الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على مَن لا نبيَّ بعدَه... وبعدُ:
ففي ضوء ما تسفر عنه التقارير الصحية المتتابعة من سرعة انتشار (#فيروس_كورونا - كوفيد 19) وتحوُّله إلى وباء عالمي، ومع تواتر المعلومات الطبية من أن الخطر الحقيقي للفيروس هو في سهولة وسرعة انتشاره، وأن المصاب به قد لا تظهر عليه أعراضه، ولا يَعْلم أنه مصاب به، وهو بذلك ينشر العدوى في كل مكان ينتقل إليه.

ولما كان من أعظم مقاصد شريعة الإسلام حفظُ النفوس وحمايتها ووقايتها من كل الأخطار والأضرار.
فإنَّ هيئة كبار العلماء - انطلاقًا من مسؤوليتها الشرعية - تحيط المسؤولين في كافة الأرجاء علمًا بأنه يجوز شرعًا إيقاف الجُمَعِ والجماعات في البلاد؛ خوفًا من تفشِّي الفيروس وانتشاره والفتك بالبلاد والعباد.

كما يتعيَّن وجوبًا على المرضى وكبار السن البقاء في منازلهم، والالتزام بالإجراءات الاحترازية التي تُعلن عنها السلطات المختصة في كل دولة، وعدم الخروج لصلاة الجمعة أو الجماعة؛ بعد ما تقرر طبيًّا، وثبت من الإحصاءات الرسمية انتشار هذا المرض وتسبُّبه في وفيات الكثيرين في العالم، ويكفي في تقدير خطر هذا الوباء غلبة الظن والشواهد: كارتفاع نسبة المصابين، واحتمال العدوى، وتطور الفيروس.

هذا، ويجب على المسؤولين في كل دولةٍ بذل كل الجهود الممكنة، واتخاذ الأساليب الاحترازية والوقائية لمنع انتشار الفيروس؛ فالمحققون من العلماء متفقون على أنَّ المتوقَّعَ القريبَ كالواقع، وأن ما يقاربُ الشيءَ يأخذُ حكمَه، وأنَّ صحة الأبدان من أعظم المقاصد والأهداف في الشريعة الإسلامية.

والدليل على مشروعيَّة تعطيل صلاة الجمعة والجماعات وإيقافهما؛ تلافيًا لانتشار الوباء: ما روي في الصحيحين: «أن عَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ قال لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ: إِذَا قُلْتَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، فَلاَ تَقُلْ حَيّ عَلَى الصَّلاَةِ، قُلْ: صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ، فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا، قَالَ: فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، إِنَّ الْجُمُعَةَ عَزْمَةٌ، وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ، فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ».

فقد دل الحديث على الأمر بترك الجماعات تفاديًا للمشقة الحاصلة بسبب المطر، ولا شك أن خطر الفيروس أعظم من مشقَّة الذهاب للصلاة مع المطر، فالترخُّص بترك صلاة الجمعة في المساجد عند حلول الوباء، ووقوعه أمر شرعي ومُسلَّم به عقلًا وفقهًا، والبديل الشرعي عنها أربع ركعات ظهرًا في البيوت، أو في أي مكان غير مزدحم.
هذا..
وقد انتهى الفقهاء إلى أنَّ الخوف على النفس أو المال أو الأهل أعذارٌ تُبيح ترك الجمعة أو الجماعة؛ لما رواه أبو داود عن ابن عباس من قول النبي صلى الله عليه وسلم: «مَنْ سَمِعَ المنادِيَ فَلَمْ يَمْنَعْهُ مِنَ اتِّبَاعِهِ، عُذْرٌ»، قَالُوا: وَمَا الْعُذْرُ؟ قَالَ: «خَوْفٌ أَوْ مَرَضٌ، لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ الصَّلَاةُ الَّتِي صَلَّى».
وما أخرجه الشيخان في صحيحهما من حديث عبد الرحمن بن عوف أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم «إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْض فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ».

وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم مَن له رائحة كريهة تُؤذي الناس أن يُصلي في المسجد؛ منعًا للإضرار بالناس، فقد أخرج البخاري عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «من أكل ثومًا أو بصلًا، فليعتزلنا - أو قال: فليعتزل مسجدنا - وليقعد في بيته». وما ورد في الحديث ضررٌ محدود، سرعان ما يزول بالفراغ من الصلاة، فما بالنا بوباءٍ يَسهُل انتشاره! ويتسبَّب في حدوث كارثةٍ قد تخرج عن حدِّ السيطرة عليها، ونعوذ بالله من ذلك.

والخوف الآن حاصلٌ بسبب سرعة انتشار الفيروس، وقوَّة فتكه، وعدم الوصول إلى علاج ناجع له حتى الآن، ومن ثَمَّ فالمسلمُ معذورٌ في التخلُّف عن الجمعة أو الجماعة.

* وعليه: فتنتهي هيئة كبار العلماء بالأزهر الشريف إلى القول بأنه يجوز شرعًا للدولة متى رأت أن التجمُّع لأداء صلاة الجمعة أو الجماعة سوف يُؤدِّي إلى انتشار هذا الفيروس الخطير أن تُوقفهما مؤقتًا.

وتُذكِّر الهيئة هنا بثلاثة أمور:
الأول: وجوب رفع الأذان لكل صلاة بالمساجد، في حالة إيقاف الجمعة والجماعات، ويجوز أن يُنادِي المؤذن مع كل أذان: (صلوا في بيوتكم).

الثاني: لأهل كل بيت يعيشون معًا أداءُ الصلاة مع بعضهم بعضًا في جماعة؛ إذ لا يلزم أن تكون الجماعة في مسجد حتى إعلان زوال حالة الخطر بإذن الله وفرجه.

الثالث: يجب شرعًا على جميع المواطنين الالتزام بالتعليمات والإرشادات الصادرة عن الجهات الصحية للحدِّ من انتشار الفيروس والقضاء عليه، واستقاء المعلومات من المصادر الرسمية المختصة، وتجنُّب ترويج الشائعات التي تُروِّعُ الناس، وتوقعهم في بلبلة وحيرة من أمرهم.

وتدعو هيئة كبار العلماء المسلمين في مشارق الأرض ومغاربها إلى المحافظة على الصلاة والتضرع إلى الله -تعالى- بالدعاء، ودعم المرضى ومساعدتهم، والإكثار من أعمال البر والخير؛ من أجل أن يرفع الله البلاء عن العالم، وأن يحفظ بلادنا والناس جميعًا من هذا الوباء، ومن جميع الأمراض والأسقام، إنه خير مسؤول، وأعظم مأمول
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

هيئة كبار العلماء
الأحد 15/3/2020م

Sumber: https://bit.ly/2Ya91MF

April 27, 2020

Menyamakan Istri Dengan Ibu dan Anak Tidak Otomatis Zihar

Menyamakan Istri Dengan Ibu dan Anak Tidak Otomatis Zihar
MENYAMAKAN ISTRI DENGAN IBU TIDAK OTOMATIS ZIHAR

Assalamua'laikum ustadz
Saya mau bertanya :
1. Apakah ucapan / obrolan seprti ini " sepurane ya nda nek aku pernah nyakiti kamu dulu dulu aku wes kapok gak mau nyakitin kamu dosa e podo kyok madakno pean ambek ibukku " trus saya jawab loh yah gak oleh ngomong gitu " yo kan dosa e podo koyok madakno pean ambek ibukku biyen aku ancen gak tau sekarang gak tak baleni maneh. Saya juga gak tau kenapa suami bisa tiba tiba bicara gitu padahal juga lagi santai dia juga pas ngobrol sambil main game mungkin maksud suami " kalau aku nyakiti pean sama aja kayak aku nyakiti ibuku mungkin suami salah ngomong. Apakah obrolan seperti itu termasuk dzihar?

2. Kadang kan di masyarakat kita ada suami yang bilang ke anak perempuannya misal yang baru lahir " bibir e kayak bibir kamu (istri) / menyamakan anggota tubuh si bayi (anak perempuannya ) dengan istri apakah ini dihukumi dzihar

3. Misal pernah ada dzihar dan mau membayar kaffarat tapi suami kerja dari jam 2 sampai malem kebiasaan sebelum berangkat kerja mesti makan dulu terus ngerokok pas sebelum masuk kerja pasti ngerokok dulu (perokok yang cenderung berat) / ngopi dulu pasti ketemu temen gak enak kalau gg ikutan kadang juga agak sulit kalau nahan gak berhubungan dan biasanya pagi/ kalo gak siang karena malem udah capek apakah dengan keadaan seperti ini bisa di ganti dengan kaffarat memberi makan 60 orang ? Apakah orang yang lupa/ragu ragu apa pernah melakukan dzihar / pernah terjadi dzihar juga wajib membayar kaffarat?

JAWABAN

1. Tidak termasuk zihar.
2. Tidak termasuk zihar.
3. Kalau kasusnya seperti di no. 1 dan 2, maka tidak perlu ada kafarat zihar.

Dalam kitab Al-Mausuah Al-Fiqhiyah, hlm. 29/196, dijelaskan:

والكناية عند جمهور الفقهاء ما يحتمل الظهار وغيره ولم يغلب استعماله في الظهار عرفا, ومثاله أن يقول الرجل لزوجته: أنت علي كأمي أو: مثل أمي, فإنه كناية في الظهار; لأنه يحتمل أنها مثل أمه في الكرامة والمنزلة, ويحتمل أنها مثلها في التحريم, فإن قصد أنها مثلها في الكرامة والمنزلة فلا يكون ظهارا ولا شيء عليه, وإن نوى به الطلاق كان طلاقا, وإن نوى به الظهار كان ظهارا; لأن اللفظ يحتمل كل هذه الأمور, فأي واحد منها أراده كان صحيحا وحمل اللفظ عليه, وإن قال: لم أقصد شيئا لا يكون ظهارا, لأن هذا اللفظ يستعمل في التحريم وغيره فلا ينصرف إلى التحريم إلا بنية

Artinya: Kinayah zihar menurut mayoritas ulama fikih adalah sesuatu yang ambigu mengandung unsur zihar dan lainnya dan tidak umum digunakan untuk zihar menurut kebiasaannya. Contohnya, suami berkata pada istrinya: "Kamu seperti ibuku" maka ucapan ini termasuik kinayah zihar karena ada kemungkinan suami menyerupakan istri dengan ibunya dalam segi kemuliaan dan kedudukannya. Mungkin juga diserupakan dari segi haramnya. Apabila suami bermaksud sama dari segi mulia dan kedudukannya maka tidak dianggap zihar dan tidak ada dampak hukumnya. Apabila suami berniat talak, maka menjadi talak. Apabila suami berniat zihar, maka menjadi zihar. Karena kata tersebut maknanya berkonotasi pada semua hal tersebut. Maka, makna apapun yang diinginkan suami maka itu menjadi sah. Apabila suami berkata "aku tidak bermaksud apapun" maka tidak menjadi zihar. Karena kata ini biasa dipakai untuk zihar dan lainnya, maka tidak dianggap zihar kecuali ada niat ke arah tersebut.
Baca detail:
- Zihar
- Zihar

April 26, 2020

Hukum Darah Kutu Busuk

Hukum Darah Kutu Busuk
HUKUM DARAH KUTU BUSUK, BANGSAT, KEPINDING, LALAT, CICAK

Assalamualaikum, maaf ustadz mau nanya:
Di rumah banyak sekali kutu busuk atau kepinding udah di basmi ada lagi terus, kemudian ayah saya selalu mematikan kutu-kutu tersebut di lantai sehingga, darah dan bangkai ada di lantainya. Dan kemudian itu dipel pake pel an

Bagaimana hukumnya karena ini sulit dihindari (selalu ada di dalam kehidupan sehari-hari) najiskah atau najisnya dimaafkan?

JAWABAN

Darah dan bangkai hewan kecil yang darahnya tidak mengalir hukumnya najis tapi dimaafkan. Apalagi kalau sulit dihindari.

Imam Nawawi dalam kitab AL MAJMUK, hlm. 8/15, menjelaskan:

ومما عمت به البلوى غلبة النجاسة في موضع الطواف من جهة الطير وغيره
وَقَدْ اخْتَارَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا الْمُتَأَخِّرِينَ الْمُحَقِّقِينَ الْمُطَّلِعِينَ الْعَفْوَ عَنْهَا وَيَنْبَغِي أَنْ يُقَالَ يُعْفَى عَمَّا يَشُقُّ الِاحْتِرَازُ عَنْهُ مِنْ ذَلِكَ كَمَا عُفِيَ عَنْ دَمِ الْقَمْلِ وَالْبَرَاغِيثِ وَالْبَقِّ وَوَنِيمِ الذُّبَابِ وَهُوَ رَوْثُهُ وَكَمَا عُفِيَ عن أثر الاستنجاء بِالْأَحْجَارِ وَكَمَا عُفِيَ عَنْ الْقَلِيلِ مِنْ طِينِ الشَّوَارِعِ الَّذِي تَيَقَّنَّا نَجَاسَتَهُ وَكَمَا عُفِيَ عَنْ النَّجَاسَةِ الَّتِي لَا يُدْرِكُهَا الطَّرْفُ فِي الْمَاءِ وَالثَّوْبِ عَلَى الْأَصَحِّ

Artinya: Segolongan ulama muta'akhirin madzhab Syafi'i memilih hukum najis makfu (dimaafkan) terkait najis yang menyebar yang sulit dihindari. Hendaknya dikatakan dimaafkan dariu najis yang sulit dihindari sebagaimana dimaafkannya najis darah kutu, serangga dan kotoran lalat. Sebagaimana dimaafkan najis bekas cebok dengan batu. Sebagaimana dimaafkan najis sedikit dari lumpur jalanan yang diyakini najisnya. Sebagaimana dimaafkan najis yang tidak terlihat mata yang terdapat di air dan baju menurut pendapat yang paling sahih.
Baca detail: Baju Kena Bangkai Semut dipakai Shalat

April 17, 2020

Satu Mandi Besar untuk Junub dan Haid, Bolehkah?

Mandi Besar untuk Junub dan Haid, Bolehkah?
MANDI WAJIB DAN MANDI HAID SEKALIGUS, BOLEHKAH?

Assalamualaikum, Saya mau bertanya terkait mandi wajib.

1. Jika dalam kondisi sedang haid wanita semisal mengalami mimpi dan keluar mani juga apakah bisa mandi wajib satu kali pada waktu setelah haidnya selesai dengan niat "nawaitu ghusla liraf'il hadasil akbari fadhol lilahi taala" dan diniatkan di hati mandi untuk mengangkat semua hadasnya (dalam bahasa Indonesia) ?

2. Apakah mandi wajibnya sah dan tidak harus mandi 2 kali? Atau tidak harus diulang?

3. Apakah jika ber hadas besar disaat bersamaan maka semua hadas besar bisa hilang dengan sekali mandi wajib saja?

Saya sempat baca namun banyak pendapat yg berbeda. Saya hanya takut salah tangkap, kalau dari yg saya baca dari imam syafi'i cukup 1 kali mandi setelah haid sudah mencakup mandi untuk semua hadas.

Jazakallah khair

JAWABAN

1. Ya bisa.

2. Mandinya sah dan tidak harus mandi 2 kali.

3. Ya, dua hadas besar cukup mandi sekali saja.

Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk, hlm. 1/487, menegaskan:

إذا أحدث أحداثا متفقة أو مختلفة ، كفاه وضوء واحد بالإجماع ، وكذا لو أجنب مرات ، بجماع امرأة واحدة ، أو نسوة ، أو احتلام ، أو بالمجموع ، كفاه غسل بالإجماع . وممن نقل الإجماع فيه أبو محمد بن حزم والله أعلم

Artinya: Apabila seseorang berhadas kecil beberapa kali, baik sama jenisnya atau berbeda jenis, maka cukup satu kali wudhu. Ini berdasarkan ijmak ulama. Begitu juga apabila junub beberapa kali baik karena jimak (hubungan intim) dengan satu istri atau beberapa istri atau karena mimpi basah atau karena kombinasi semuanya maka cukup mandi satu kali. Ini berdasarkan kesepakatan ulama. Salah satu ulama yang menyatakan bahwa hukumnya berdasarkan ijmak adalah Ibnu Hazm.
Baca detail: Cara Wudhu dan Mandi Wajib

Baca juga: Cara Niat