AMALAN YANG TAUBAT SETELAH MURTAD, APAKAH HANGUS DAN DIHAPUS?
Assalamu'alaikum ustadz,
Jika ada seseorang murtad kemudian ia kembali mualaf,
Pertanyaannya:
1. Apakah jika dia kembali ke islam, maka amal ibadahnya akan kembali atau tetap hangus (karena sebelumnya murtad) sehingga harus diulang kembali?
2. Jika jawaban(no.1) “ya”, apakah ia harus mengqodho semua shalat (karena amalan ibadahnya hangus karena murtad)?
Jazakallahu Khayran
JAWABAN
1. Amal ibadah orang murtad yang masuk Islam lagi akan kembali. Tidak hangus. Adapun shalat dan puasanya yang ditinggalkan selama masa murtad apakah harus diganti atau tidak, ini ada dua pendapat. Pendapat pertama, harus diganti (diqadha). Pendapat kedua, tidak perlu diganti. Yang perlu diganti yang terkait hak sesama manusia saja (misalnya hutang, dll).
Athiyah Shaqar, dalam kitab Mausuah Ahsan Al-Kalam fi Al-Fatawa wa Al-Ahkam, hlm. 6/339, menyatakan:
الثاني وهو المرتد قال بعض العلماء ومنهم الشافعية: إذا عاد إلى الإسلام لم تبطل أعماله التي قام بها حين كان مسلمًا . فقد وقعت صحيحة، وبالتالي لا يكلف بقضائها والآية الثانية قيدت بطلان أعماله بالموت قبل العودة إلى الإسلام “فيمت وهو كافر” أما إذا مات وهو مسلم أي بعد توبته وعودته إلى الإسلام فالآية لا تنطبق عليه.
وقال بعضهم الآخر ومنهم المالكية: إن أعمال المرتد حبطت بمجرد ردته، وعليه أن يقضيها بعد إسلامه.
واستندوا إلى قوله تعالى: (لئن أشركت ليحبطن عملك) (سورة الزمر : 65) وهو خطاب للنبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ والمراد أمته “تفسير القرطبي ج 3 ص 48”.
هذا هو الحكم بالنسبة إلى الأعمال التي صدرت منه أثناء إسلامه وقبل ردته.
2. Tentang qadha shalat dan ibadah wajib lainnya selama masa murtad, maka menurut madzhab Syafi'i wajib diqadha, sedangkan menurut madzhab Hanafi dan Maliki tidak wajib.
Athiyah Shaqar dalam kitab yang sama menjelaskan:
أما بالنسبة لأعماله في فترة ردته قبل أن يسلم فقد جاء في تفسير القرطبي “ج 7 ص 403” قوله: فأما المرتد إذا أسلم وقد فاتته صلوات وأصاب جنايات وأتلف أموالاً فقيل: حكمه حكم الكافر الأصلي إذا أسلم لا يؤخذ بشيء مما أحدثه في حال ارتداده ، وقال الشافعي في أحد قوليه: يلزمه كل حق لله عز وجل وللآدمي بدليل أن حقوق الآدميين تلزمه فوجب أن تلزمه حقوق الله تعالى. وقال أبو حنيفة: ما كان لله يسقط، وما كان للآدمي لا يسقط، قال ابن العربي: وهو قول علمائنا، لأن الله مستغن عن حقه، والآدمي مفتقر إليه، ألا ترى أن حقوق الله عز وجل لا تجب على الصبي.
Baca detail:
- Cara Masuk Islam Menjadi Mualaf
- Syarat Syahadat untuk Masuk Islam
- Cara Orang Murtad kembali ke Islam
WAS-WAS IBADAH
Assalamu'alaikum ustadz. Saya adalah seseorang yang mengalami was was dalam hal ibadah. Namun lama kelamaan was2 tersebut mengganggu iman saya dan mengganggu pikiran serta menyebabkan prasangka yg tidak baik terhadap diri saya sendiri. Saya tidak menginginkan hal itu dan saya tidak mau iman saya sampai kenapa2 karena gangguan itu. Namun walaupun saya membenci was2 tersebut saya tetap khawatir jika gara2 was2 tersebut bisa membahayakan keimanan. Tapi saya tetap beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Namun semenjak was2 yang mengganggu iman tersebut saya malah jadi terpikir yang tidak baik terhadap diri sendiri lantaran khawatir.
Semenjak itu pun saya merasa dihati seperti terasa lain dan merasa seperti kurang semangat dlm ibadah sesuatu, tetapi saya tetap menjalankan shalat 5 waktu.
Ustadz, saya adalah orang mencintai keimanan dan merasakan bahagia dengan indahnya iman dihati, namun dengan karena was2 ini, saya merasa sumpek didada. Sungguh saya takut segala sesuatu yang membahayakan keimanan.
Ustadz , bagaimanakah hukumnya dalam persoalan saya ini dan bagaimana agar saya jangan mengingat lagi was was tersebut? Karena sesungguhnya saya merasa bersalah lantaran was2 ini. Tapi saya tetap beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Wassalam
JAWABAN
Was-was baik dalam ibadah atau akidah (iman) bisa disebabkan oleh salah satu dari dua hal: karena penyakit psikologis yang disebut OCD atau karena ganggunan setan (bisikan jin).
Apabila timbul karena penyakit, maka cara terbaik adalah mengabaikan pikiran was-was tersebut. Baca detail: Mengatasi was-was Kufur
Apabila timbul karena gangguan bisikan jin, maka perbanyak berdzikir setelah shalat. Baca detail: Doa Selamat dari Gangguan Setan
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.