September 26, 2019

Cara Niat dalam Shalat Wudhu Mandi Wajib

Cara Niat dalam Shalat Wudhu Mandi Wajib
PENGERTIAN NIAT DALAM IBADAH

Assalamu'alaikum

Izin bertanya pak ustadz.

1.Jika ada bagian tubuh yang dirasa belum terbasuh saat mandi wajib dan baru diketahui 3-5 hari setelah mandi wajib, apa yang harus dilakukan ? Apakah mengulang mandinya ?

2.Ada juga yang mengatakan hanya dibasuh bagian yang belum terbasuh tersebut. Nah jika hanya dibasuh saja, apakah harus pakai niat lagi atau tidak ? Mengingat jeda mandi wajibnya sudah 3-5 hari. jika tidak usah berniat lagi, apakah niat awal mandi wajib itu masih berlaku ? Sedangkan dalam waktu 3-5 hari tersebut sudah banyak niat ibadah yang saya lakukan

TOPIK KONSULTASI ISLAM

3.masalah niat. Saya sering terbebani dengan masalah ini. Hati saya mengucapkan niat namun didalam hati saya huruf bacaan niat yang saya baca tersebut abstrak, lalu pikiran berusaha merangkai huruf bacaan yang saya baca dalam hati namun sering salah juga, jika salah rangkai huruf saya ulang kembali niatnya sampai saya meraaa ngata capek karena masalah niat ini.

3.a bagaimana sebenarnya niat itu pak ustadz ?
3.b apakah niat ibadah apapun boleh dilakukan sesaat sebelum dilakukan ibadahnya dengan cara berniat dengan menghabiskan lafadznya baru mulai ibadah ?

4. Jika berniat sholat hanya, saya niat sholat fardhu subuh apakah sah ?

4.a niat wudhu, saya niat wudhu apakah sah ?

4.b Niat mandi wajib, saya niat mandi wajib apakah saha ?

5. Apakah niat itu harus bahasa arab ? Apakah tidak boleh dengan bahasa daerah misalnya bahasa sunda jawa ba jar makassar dll ?

Minta izin dengan referensinya pak ustadz.

JAWABAN

1. Cukup membasuh anggota tubuh yang belum terkena air tersebut menurut mayoritas ulama karena tidak ada kewajiban muwalat dalam mandi wajib. (pertanyaan ini sudah pernah dijawab). Baca detail: Mandi Wajib Tidak Merata

ADA ANGGOTA TUBUH TAK TERBASUH SAAT MANDI WAJIB

2. Tidak wajib niat lagi. Karena niat ada di awal perbuatan, bukan di tengah perbuatan. Selain itu tidak ada satupun yang mewajibkan mengulangi niat. Yang ada, harus mengulangi membasuh yang tertinggal dan mengulang shalatnya (karena shalat yang dilakukan selama ada bagian yang tak terbasuh tidak sah). Imam Syafi'i dalam Al-Umm, hlm. 2/88, menyatakan:

" ولو ترك لُمعةً – يعني موضعا - من جسده - تقل أو تكثر - فصلى ، أعاد غسل ما ترك من جسده ، ثم أعاد الصلاة بعد غسله " انتهى

Artinya: Apabila (saat mandi) tertinggal satu tempat (yang tak terbasuh) dari tubuh, baik sedikit atau banyak, lalu dia shalat, maka dia harus mengulangi membasuh bagian tubuh yang tak terbasuh lalu mengulang shalat setelah membasuh.

Atau bisa juga anda mengulangi mandi secara total apabila demikian maka harus memakai niat mandi wajib. Iman Nawawi dalam Raudhah At-Thalibin, hlm. 1/50, menyatakan:

ولو نسي اللمعة في وضوئه أو غسله ، ثم نسي أنه توضأ ، أو اغتسل ، فأعاد الوضوء أو الغسل بنية الحدث ، أجزأه ، وتكمل طهارته بلا خلاف

Artinya: Apabila saat wudhu atau mandi ada tempat yang terlupa, lalu ia lupa bahwa dia berwudhu atau mandi, lalu ia mengulangi wudhu atau mandi dengan niat hadas maka itu sah. Sucinya sempurna tanpa ada perbedaan ulama.

DEFINISI NIAT DALAM IBADAH MENURUT SYARIAH ISLAM MENURUT MAZHAB EMPAT

3a. Al-Razi dalam Mukhtar Al-Sihah menakrifi niat dengan berazam (bermaksud). نوى ينوي نية ونواه عزم.

Dalam istilah syariah, Al-Suyuti dalam Al-Asybah wan Nazhair, mengutip dari Al-Baidhawi, menyatakan:

النية عبارة عن انبعاث القلب نحو ما يراه موافقاً من جلب نفع أو دفع ضر حالاً أو مآلاً.

Artinya: Niat adalah berangkatnya hati menuju sesuatu yang sesuai seperti menarik manfaat atau menolak bahaya baik sekarang atau nanti.

Definisi niat menurut empat sbb:

NIAT MENURUT MADZHAB HANAFI

Ibnu Abidin dalam Hasyiyah Ibnu Abidin, hlm. 1/105, menyatakan:

النية: قصد الطاعة والتقرُّب إلى الله تعالى في إيجاد الفعل
Artinya: Niat adalah bermaksud pada perbuatan taat dan ibadah pada Allah dalam mewujudkan perbuatan.

NIAT MENURUT MADZHAB MALIKI

dalam Hasyiyah Al-Adwi, hlm. 1/203 menyatakan:

النية: قصد المكلف الشيءَ المأمور به.

Artinya: Niat adalah bermaksudnya orang mukalaf untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan.

NIAT MENURUT MADZHAB SYAFI'I

Al-Zarkasyi dalam Al-Mantsur fil Qawaid, hlm. 3/284, menyatakan:

قال الماوردي: هي قصد الشيء مقترنًا بفعله، فإن قصده وتراخَى عنه، فهو عزم.

Artinya: Al-Mawardi berkata: Niat adalah bermaksud melakukan sesuatu yang bersamaan dengan perbuatan. Apabila berniat melakukan sesuatu tapi tidak bersamaan dengan perbuatan maka disebut azam.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 1/353, menyatakan:

النية عزم القلب على عمل فرض أو غيره.

Artinya: Niat adalah kehendak hati untuk melakukan perbuatan wajib atau lainnya.

NIAT MENURUT MADZHAB HANBALI

Al-Bahuti dalam Kasyaful Qina', hlm. 1/314, menyatakan:

النية شرعًا: هي عزم القلب على فعل العبادة تقربًا إلى الله تعالى.

Artinya: Niat secara istilah syariah adalah bermaksudnya hati untuk melakukan ibadah sebagai pendekatan diri pada Allah

Baca detail: Niat Sebelum Perbuatan

3b. Ya, sebagaimana dijelaskan sebelumnya niat boleh dilakukan sesaat sebelum dilakukan ibadah. Itu di madzhab Syafi'i. Sedangkan menurut madzhab Hanafi, niat boleh dilakukan jauh sebelum ibadah dilakukan. Baca detail: Niat Sebelum Perbuatan


UCAPAN 'NIAT SHALAT FARHU SUBUH', APAKAH SAH?

4. Ucapan dalam hati "Niat shalat fardhu subuh" hukumnya sah apabila tidak menjadi makmum. Apabila menjadi makmum harus ditambah "menjadi makmum" atau "makmuman".

Al-Malibari dalam Fathul Muin menyatakan:

(فيجب فيها) أي النية (قصد فعلها) أي الصلاة، لتتميز عن بقية الافعال (وتعيينها) من ظهر أو غيرها، لتتميز عن غيرها، فلا يكفي نية فرض الوقت.

Artinya: Di dalam niat shalat wajib a) bersengaja melakukan shalat (dengan mengatakan saya niat shalat) agar berbeda dari perbuatan yang lain; b) wajib menentukan nama shalat seperti Zhuhur atau lainnya. Maka tidak cukup "niat shalat fardhu".

Jadi, niat dalam shalat minimal seperti (untuk shalat maghrib) "Saya niat shalat Maghrib" (ada kata 'shalat' dan 'nama shalat').

Baca detail: Shalat Berjamaah

UCAPAN 'SAYA NIAT WUDHU' APAKAH SAH?

4a. Ucapan "saya niat wudhu" sudah sah. Al-Malibari dalam Fathul Muin, hlm. 1/48 (berdasarkan paginasi kitab Ianah), menjelaskan sejumlah variasi niat wudhu yang sah sbb:

(وفروضه ستة) أحدها: (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث، حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه، أو الطهارة لنحو الصلاة، مما لا يباح إلا بالوضوء، أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف
Artinya: Fardhunya wudhu ada enam. Satu, niat. (Cara niat) yaitu, a) niat wudhu; b) niat melaksanakan fardhu wudhu; c) niat menghilangkan hadas; d) niat bersuci untuk shalat; e) niat agar bisa melaksanakan shalat dan menyentuh mushaf.

HUKUM UCAPAN 'NIAT MANDI WAJIB', APAKAH SAH?

4b. Ucapan "niat mandi wajib" sudah sah. Al-Malibari dalam Fathul Muin, hlm. 1/90, menyatakan:

(وفرضه) - أي الغسل - شيئان: أحدهما: (نية رفع الجنابة) للجنب، أو الحيض للحائض. أي رفع حكمه. (أو) نية (أداء فرض الغسل) أو رفع حدث، أو الطهارة عنه، أو أداء الغسل.
Artinya: Fardhunya mandi ada dua: satu niat. (Cara niat antara lain): a) Niat menghilangkan jinabah (bagi yang junub); b) niat menghilangkan haid bagi wanita haid. yakni niat menghilangkan hukum haid; c) niat melaksanakan wajib mandi; d) niat menghilangkan hadas; e) niat bersuci dari hadas; f) niat melakukan mandi.

5. Boleh niat dengan bahasa bukan Arab. Karena tidak ada kewajiban berniat dengan bahasa Arab. Karena niat sifatnya diucapkan dalam hati (walaupun sunnah disertai ucapan lisan). Berbeda halnya dengan ibadah yang harus diucapkan secara lisan seperti bacaan-bacaan dalam shalat yang harus diucapkan dengan bahasa Arab apabila mampu. Baca detail: Shalat dengan Bahasa Indonesia

CARA NIAT YANG SAH

Assalamualaikum

Pak ustadz saya mau bertanya.

1. Bolehkah berniat ibadah hanya dengan seperti ini :
-wudhu karena Allah
-mandi wajib karena Allah
-sholat fardhu isya karena Allah
-puasa fardhu ramadhan besok karena Allah

2. Apa boleh pak ustad berniat wudhu dengan niat "menghilangkan hadas kecil karena Allah" tanpa menghadirkan kata wudhu pada niatnya ?

3. Begitu juga dengan niat mandi wajib, apakah boleh hanya niat dengan "menghilangkan hadas besar dari seluruh tubuh karena Allah" tanpa ada kata "mandi" dan "wajib" ? Lalu adakah perbedaan antara mandi wajib, mandi besar dan mandi junub ?

4. Apakah niat itu harus berurutan pak ustad ? Misalnya sholat fardhu isya, jadi harus mulai dari sholat, kemudian fardhu, lalu isya dan terakhir karena Allah ? Bagaimana jika tidak urut menjadi sholat isya fardhu karena Allah ? Apakah mempengaruhi maknanya ?

JAWABAN

1. Boleh dan sah. Baca detail: Cara Niat

2. Boleh dan sah.

3. Boleh dan sah. tidak ada beda antara manjdi wajib, mandi besar dan mandi junub.

4. Tidak apa-apa tidak urut. Boleh seperti itu. Baca detail: Cara Niat

Baca juga: Niat Tanpa Nawaitu, apa sah?

"NIAT MENGHILANGKAN HADAS KECIL" TANPA KATA WUDHU, APAKAH SAH?

Pertanyaan untuk jawaban no.2 dan 3

1. Berarti jika hanya berniat dalam hati "menghilangkan hadas kecil karena Allah" saja sudah sah tanpa ada kata wudhu ?

2. Berarti boleh dan sah jika berniat mandi wajib diganti dengan "menghilangkan hadas besar dari seluruh tubuh karena Allah" saja tanda ada kata mandi dan wajib ? Dan dibolehkan juga berniat menghilangkan hadas besar dengan niat hanya "mandi besar atau mandi junub karena Allah" ?

JAWABAN

1. Sah. Al-Syairazi dalam Al-Muhadzab, hlm. 1/35, menyatakan:

وصفة النية أن ينوي رفع الحدث أو الطهارة من الحدث، وأيهما نوى أجزأه لأنه نوى المقصود وهو رفع الحدث

Artinya: Sifat dari niat adalah berniat menghilangkan hadas atau niat bersuci dari hadas. Manapun yang dipakai di antara dua cara ini maka hukumnya sah karena ia berniat sesuai tujuan yaitu menghilangkan hadas.

2. Ya benar. Baca detail: Cara Niat

HUKUM KATA "FARDHU" ATAU "SUNNAH", "QADHA" DAN "ADA", "LILLAHI TA'ALA" SAAT NIAT SHALAT, APAKAH WAJIB?

1. Untuk niat sholat fardhu dan sunat apakah harus disertakan kefardhuan dan kesunatan sholat tersebut pak ustadz ? Tetapi secara logika kita tau bahwa kalau sholat isya misalnya itu adalah sholat fardhu sedangkan kalau sholat dhuha itu sholat sunat ?

2. Begitu juga dengan puasa, kita tau puasa ramadhan adalah wajib dan puasa senin kamis adalah sunat, apakah diharuskan dalam berniatnya menghadurkan kefardhuan dan kesunatan puasa yang akan dilaksanakan ?

JAWABAN

1. Tidak perlu ada ucapan "fardhu" seperti "Niat shalat zhuhur farhu karena Allah". Begitu juga ucapan "lillahi ta'ala (karena Allah) juga tidak wajib.

Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut Thalibin, hlm. 1/226, menyatakan:

في كيفية النية .

أما الفريضة ، فيجب فيها قصد أمرين بلا خلاف . أحدهما : فعل الصلاة ، لتمتاز عن سائر الأفعال ، ولا يكفي إحضار نفس الصلاة بالبال ، غافلا عن الفعل . والثاني : تعيين الصلاة المأتي بها ، ولا تجزئه نية فريضة الوقت عن نية الظهر ، أو العصر على الأصح ؛ لأن الفائتة التي يتذكرها تشاركها في كونها فريضة الوقت . ولا تصح الظهر بنية الجمعة على الصحيح الصواب . ولا تصح الجمعة بنية مطلق الظهر ، ولا تصح بنية الظهر المقصورة إن قلنا إنها صلاة بحيالها ، وإن قلنا ظهر مقصورة صحت . واختلفوا في اعتبار أمور سوى هذين الأمرين . أحدها : الفرضية ، وهو شرط على الأصح عند الأكثرين ، سواء كان الناوي بالغا أو صبيا ، وسواء كانت الصلاة قضاء أم أداء . الثاني : الإضافة إلى الله تعالى بأن يقول لله أو فريضة الله ، والأصح أنه لا يشترط . الثالث : القضاء والأداء ، الأصح أنه لا يشترط ، بل تصح أداء بنية القضاء وعكسه .

Artinya: Dalam shalat fardhu, maka wajib meniatkan dua hal berdasarkan kesepakatan ulama (madzhab Syafi'i). Satu, perbuatan shalat untuk membedakan dengan perbuatan yang lain. Tidak cukup menghadirkan shalat dalam hati, lupa dari perbuatan shalat. Dua, menentukan (nama) shalat yang dilakukan. Tidak sah berniat shalat zhuhur dengan niat fardhunya waktu (tanya menyebut zhuhur). Karena hal itu bisa ambigu dengan shalat fa'itah (shalat qadha) yang diingatnya. Tidak sah shalat zhuhur dengan niat Jumat menurut pendapat yang sahih dan benar. Tidak sah shalat Jumat dengan niat zhuhur mutlak. ... Ulama madzhab Syafi'i berbeda pendapat dalam perkara yang selain dua hal di atas. Satu, penyebutan fardhu. Ini adalah syarat menurut pendapat paling sahih menurut mayoritas ulama (Syafi'iyah). Sama saja yang berniat itu baligh atau anak-anak. Sama saja shalatnya itu qadha atau ada'. Dua, tambahan lillahi Ta'ala. Deingan mengatakan: lillahi (karena Allah) atau faridhatullah (kewajiban dari Allah). Yang paling sahih adalah tidak disyaratkan. Tiga, kata 'qadha' dan 'ada'. Yang paling sahih tidak disyaratkan. Sah shalat ada' dengan niat qadha' dan sebaliknya.

2. Sama dg jawaban no. 1. Baca detail: Cara Niat

GAMBAR KOIN DIRHAM (PERAK) DI ZAMAN KHALIFAH UMAR

koin dirham perak

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.